
Pada hari Sabtu (24/9/2022) reporter program studi memotret sebagian mahasiswa Program Studi Komunikasi Islam (KPI) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar yang berkonsentrasi mendalami komunikasi Islam melalui jalur seni dan budaya. Banyak sumber primer maupun sekunder yang menyatakan bahwa komunikasi penyiaran Islam yang dilakukan Walisanga penyebar Islam di Nusantara juga dilakukan melalui seni dan budaya. Salah satu mahasiswa Prodi KPI yang getol mengkomunikasikan penyiaran Islam melalui jalur seni dan budaya tersebut bernama Mukti Pangestu dan beberapa kawan lainnya.
Iwan salah satu mahasiswa dan Ketua UKM Seni Karawitan Abdi Sunan Kalijaga UNU Blitar yang biasa terlibat dalam kegiatan seni dan budaya menyatakan, “Saya, bersama Mukri mahasiswa KPI UNU Blitar selalu rutin mengadakan latihan seni dan budaya Nusantara tiap hari Sabtu malam Minggu. Sebab saya tahu bahwa jaman dahulu penyebaran Islam di Nusantara banyak dikomunikasikan oleh Walisanga melalui seni dan budaya. Misalnya, Sunan Kalijaga membuat ‘Seni Jaranan Pegon’ yang di dalamnya berisi gerakan wudlu dan shalat, hal itu merupakan wujud dari upaya Sunan Kalijaga dalam mengkomunikasikan ajaran Islam melalui jalur seni dan budaya Nusantara.
“Kadang kami semua ketika latihan menabuh gamelan dan macapatan didampingi Pak Yaoma Tertibi Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya Manusia dan Perencanaan Keuangan UNU Blitar dan Pak Rohman dosen Prodi KPI. Keduanya, Pak Yaoma dan Pak Rohman biasanya juga ikut menabuh gamelan. Oleh karena itu, kami semua tambah semangat berlatih seni dan budaya. Mengkomunikasikan penyiaran Islam dengan seni dan budaya merupakan passion kami, sehingga ke depan, Islam bisa lebih diterima masyarakat dengan penuh keluwesan local wisdom”, ujar Iwan salah satu mahasiswa yang memiliki bakat sebagai dalang seni wayang.
Tertibi menyatakan bahwa memang benar bahwa Walisanga dahulu ketika berdakwah selalu mengkomunikasikan ajaran Islam dengan seni dan budaya Nusantara. Sunan Bonang misalnya, mengarang lagu-lagu gending atau gamelan Jawa yang bertema akidah, ibadah, akhlak, kisah para nabi, dan dongeng-dongeng rakyat yang mengandung budi pekerti, sekaligus mengikis berangsur-angsur kepercayaan kebatinan yang menyesatkan dan mistik yang menyimpang dari akidah ahli sunnah wal jamaah. Beliau membuat tembang Dhandanggula, Sinom, Pangkur, dan Asmarandana untuk mengkomunikan ajaran Islam dengan seni dan budaya Nusantara.
Sementara itu, Rohman menyatakan bahwa Sunan Giri membuat permainan jamuran, jalungan, gula ganti yang merupakan pendekatan kultural dan sangat disukai anak-anak dan remaja pada zaman tersebut. Sunan Kudus membuat tembang Maskumambang dan Mijil dalam menarik simpati masyarakat, beliau meleburkan diri dengan budaya setempat, sehingga lebih menarik dan merakyat. Intinya, mengkomunikasikan ajaran Islam dengan seni dan budaya merupakan sesuatu hal urgen yang telah dilakukan para Walisanga ketika berdakwah. Hal semacam ini cocok dipelajari oleh Program Studi Penyiaran Islam.
“Saya sangat bersyukur, di era global yang penuh tantangan ini ada mahasiswa yang sangat peduli dengan seni dan budaya Nusantara, bahkan mereka berusaha mengkomunikasikan ajaran Islam dengan hal tersebut. Tentu saja hal semacam ini perlu diapresiasi. Sebenarnya saya sudah berbincang-bincang dengan beberapa dosen untuk membuat pusat studi yang dikaitkan dengan Prodi KPI. Pusat studi semacam ini dapat digunakan untuk mengkomunikasikan penyiaran Islam di masa lalu dengan teknologi canggih seperti sekarang ini. Dengan demikian, penyiaran Islam menjadi lebih familier dengan tuntutan jaman”, ungkap Arif selaku selaku Dekan Fakultas Agama Islam yang membawahi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam saat dikonfirmasi. []
Leave a Reply